Pada postingan saya kali ini akan dijelaskan tentang peranan TI dalam bidang forensik. Kita tahu bahwa perkembangan teknologi saat ini sudah mencakupi hampir segala bidang kehidupan, tak terkecuali dalam bidang forensik. Sebelum saya uraikan apa peranan TI dalam bidang forensik disini akan saya paparkan apa yang akan menjadi pembahasan kita pada postingan kali ini yaitu :
1. Nanti akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan IT Forensik dan apa kegunaan dari IT Forensik tersebut.
2. Nanti akan dijelaskan apa saja yang mendukung penggunaan IT Forensik, dan
3. Nanti akan dijelaskan contoh kasus yang berkaitan dengan bidang apa saja yang dapat dibuktikan dengan IT Forensik.
Followers
About Me
- Febi Hediyanto
- Bukan keturunan bangsawan. Anak pertama dari pasangan Urip Effendi dengan Runiti. Mahasiswa Universitas Gunadarma jurusan SI and I proud to be Muslim :)
Link-Link Penting
Categories
Archives
Popular Posts
-
Pada postingan saya sebelumnya yang ini dijelaskan tentang etika, penerapannya dan apa yang harus diperhatikan baik bagi pembuat, pengemban...
-
Tabel berisi 4 field 2 baris. Field terdiri dari negara sampel perhitungan pendapatan per kapita tahun 1999, PDB per tahun dalam hitung...
-
"Cinta terkadang datang membawa senyuman, pergi membawa air mata..." berikut kutipan yang saya ambil dari teman-teman jejarin...
-
Sudah lama sekali sejak postingan terakhir saya untuk membuat postingan terbaru. Ide-ide yang kurang dimaksimalkan akhirnya menurunkan ima...
-
Pada postingan saya kali ini, mungkin saya hanya ingin mencurahkan isi hati saya tentang Negara ini. Sebenarnya kalau kita bicara manusia...
Etika Dan Profesionalisme TSI (Tugas 3)
Posted on
Wednesday, July 8, 2015
Kriteria Manajer Proyek yang Baik
Kriteria Manajer Proyek Yang Baik
Posted on
Wednesday, April 22, 2015
COCOMO adalah sebuah model
algoritma estimasi biaya perangkat lunak yang didesain oleh Barry Boehm
untuk memperoleh perkiraan dari jumlah orang-bulan yang diperlukan
untuk mengembangkan suatu produk perangkat lunak.
Model ini
menggunakan rumus regresi dasar, dengan parameter yang berasal dari data
historis dan karakteristik proyek proyek saat ini. Satu hasil observasi
yang paling penting dalam model ini adalah bahwa motivasi dari tiap
orang yang terlibat ditempatkan sebagai titik berat. Hal ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan dan kerja sama tim merupakan sesuatu yang penting,
namun demikian poin pada bagian ini sering diabaikan.
Ada tiga jenis model cocomo, diantaranya ialah:
1. Dasar Cocomo
Dengan
menggunakan estimasi parameter persamaan (dibedakan menurut tipe sistem
yang berbeda) upaya pengembangan dan pembangunan durasi dihitung
berdasarkan perkiraan DSI. Dengan rincian untuk fase ini diwujudkan
dalam persentase. Dalam hubungan ini dibedakan menurut tipe sistem
(organik-batch, sebagian bersambung-on-line, embedded-real-time) dan
ukuran proyek (kecil, menengah, sedang, besar, sangat besar).
Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam tiga tingkatan kelas:
1.
Proyek organik (organic mode) Adalah proyek dengan ukuran relatif
kecil, dengan anggota tim yang sudah berpengalaman, dan mampu bekerja
pada permintaan yang relatif fleksibel.
2. Proyek sedang
(semi-detached mode)Merupakan proyek yang memiliki ukuran dan tingkat
kerumitan yang sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat keahlian
yang berbeda
3. Proyek terintegrasi (embedded mode)Proyek yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi yang ketat
keterangan :
E : besarnya usaha (orang-bulan)
D : lama waktu pengerjaan (bulan)
KLOC : estimasi jumlah baris kode (ribuan)
P : jumlah orang yang diperlukan.
2. Intermediate Cocomo
Persamaan
estimasi sekarang mempertimbangkan (terlepas dari DSI) 15 pengaruh
faktor-faktor; ini adalah atribut produk (seperti kehandalan perangkat
lunak, ukuran database, kompleksitas), komputer atribut-atribut (seperti
pembatasan waktu komputasi, pembatasan memori utama), personil atribut (
seperti aplikasi pemrograman dan pengalaman, pengetahuan tentang bahasa
pemrograman), dan proyek atribut (seperti lingkungan pengembangan
perangkat lunak, tekanan waktu pengembangan). Tingkat pengaruh yang
dapat diklasifikasikan sebagai sangat rendah, rendah, normal, tinggi,
sangat tinggi, ekstra tinggi; para pengganda dapat dibaca dari tabel
yang tersedia.
Pengembangan model COCOMO adalah dengan menambahkan
atribut yang dapat menentukan jumlah biaya dan tenaga dalam pengembangan
perangkat lunak, yang dijabarkan dalam kategori dan subkatagori sebagai
berikut:
1. Atribut produk (product attributes)
Reliabilitas perangkat lunak yang diperlukan (RELY)
Ukuran basis data aplikasi (DATA)
Kompleksitas produk (CPLX)
2. Atribut perangkat keras (computer attributes)
Waktu eksekusi program ketika dijalankan (TIME)
Memori yang dipakai (STOR)
Kecepatan mesin virtual (VIRT)
Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi perintah (TURN)
3. Atribut sumber daya manusia (personnel attributes)
Kemampuan analisis (ACAP)
Kemampuan ahli perangkat lunak (PCAP)
Pengalaman membuat aplikasi (AEXP)
Pengalaman penggunaan mesin virtual (VEXP)
Pengalaman dalam menggunakan bahasa pemrograman (LEXP)
4. Atribut proyek (project attributes)
Penggunaan sistem pemrograman modern(MODP)
Penggunaan perangkat lunak (TOOL)
Jadwal pengembangan yang diperlukan (SCED)
3. Detil Cocomo
Dalam
hal ini adalah rincian untuk fase tidak diwujudkan dalam persentase,
tetapi dengan cara faktor-faktor pengaruh dialokasikan untuk fase. Pada
saat yang sama, maka dibedakan menurut tiga tingkatan hirarki produk
(modul, subsistem, sistem), produk yang berhubungan dengan faktor-faktor
pengaruh sekarang dipertimbangkan dalam persamaan estimasi yang sesuai.
Selain itu detail cocomo dapat menghubungkan semua karakteristik versi
intermediate dengan penilaian terhadap pengaruh pengendali biaya pada
setiap langkah (analisis, perancangan, dll) dari proses rekayasa PL.
Sumber : Blognya Bu Dosen Syifa Rizky Amanda
Membuat aplikasi sejatinya adalah kegiatan untuk membuat sesuatu agar suatu kerjaan lainnya menjadi lebih mudah. Bagaimana membuatnya terkadang sebagai pengguna akhir yang terima jadi tidak tahu menahu bagaimana kesulitan membuat aplikasi. Padahal, untuk membuat software yang kita gunakan untuk membuat aplikasi yang kita inginkan juga mereka membutuhkan biaya, maka mereka layak dan berhak kalau software tersebut dihargai dengan uang yang terkadang cukup mahal untuk kantong kita.
Namun, sebenarnya penggunaan software premium tersebut adalah pilihan, karena biasanya software yang dibeli tersebut memiliki fitur yang lengkap yang kita butuhkan untuk membuat aplikasi, berbeda jika kita menggunakan versi trial. Dan biasanya software-software tersebut digunakan dalam lingkup pekerjaan (kantor dan perusahaan), karena secara pendirian mereka terikat dengan hukum dan transparasi jadi apabila diketahui kantor atau perusahaan tersebut menggunakan software versi crack terntu perusahaan tersebut akan ditindak secara hukum.
Lalu, bagaimana bagi suatu kelompok atau perorangan yang tidak sanggup membeli software yang mahal tersebut? Tentu ada alternatif lain yaitu menggunakan software open source. Software ini tidak kalah fungsi dan kelengkapannya dengan software berbayar, bedanya ini gratis atau murah (sistem donasi) dan kebiasaan penggunaan saja yang berbeda. Namun, bagi yang sudah terbiasa menggunakan software bajakan, ditawari yang legal dan gratis justru membuat dia menjadi lebih bingung menggunakannya karena harus beradaptasi lagi. Biasanya pengguna software open source ini yang memang sudah memiliki ketertarikan dengan software tersebut dan yang memang sudah terbiasa menggunakan software-software open source.
Jadi, menurut saya mengapa kita dianjurkan menggunakan software open source untuk membuat aplikasi sebenarnya jika kita memiliki uang untuk membeli software tersebut tidak akan jadi masalah, tinggal beli dan gunakan, namun secara materil kita tahu untuk perorangan hal ini cukup mahal maka dianjurkanlah menggunakan software open source ini. Janganlah membajak software yang sudah dihargai mahal karena mereka layak dan berhak dihargai atas usahanya membuat software tersebut. Daripada harus menggunakan software yang bajakan dan ilegal, lebih baik kita biasakan menggunakan software open source yang pastinya legal.
Sumber : Diri Sendiri
Pada postingan saya sebelumnya yang ini dijelaskan tentang etika, penerapannya dan apa yang harus diperhatikan baik bagi pembuat, pengembang maupun pengguna Teknologi Sistem Informasi, dan pada postingan kali ini saya akan menjelaskan apa yang menjadi alasan penyalahgunaan fasilitas teknologi sistem informasi sehingga ada orang atau pihak yang merasa terganggu, lalu bagaimana menanggulangi gangguan-gangguan tersebut serta akan di tuliskan satu contoh kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan teknologi sistem informasi.
Alasan menyalahgunakan TSI?
Tidak bisa dipungkiri bahwasannya di jaman yang serba modern ini, memiliki kemajuan teknologi yang pesat bagi suatu negara adalah ukuran bahwa negara tersebut dikatakan negara yang maju. Bagi mereka yang memiliki teknologi dan informasi lah yang dapat berkuasa, maka informasi ditangan orang yang salah bisa menjadi suatu petaka. Maka, sikap atau perilaku manusia yang tidak ada puasnya biasanya akan memicu orang atau organisasi tersebut untuk menyalahgunakan TSI, tentu untuk tujuan yang dapat merugikan orang lain, baik moril maupun materil.
Penanggulangan gangguan-gangguan akibat penyalahgunaan TSI?
Penanggulangan gangguan-gangguannya tentu bisa dengan cara preventif (pencegahan sebelum terjadi) atau koersif (tindakan setelah terjadi). Melihat kemajuan terknologi yang semakin pesat, bisa dilakukan hal-hal yang bersifat preventif dengan mempelajari bagaimana suatu teknologi diciptakan dan dikembangkan, agar dapat mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pembuat maupun pengembang TSI sehingga diharapkan hal tersebut dapat mengembangkan sikap menghargai suatu ciptaan yang telah dibuat dengan sedemikian rumitnya dan tidak disalahgunakan untuk merugikan orang lain.
Penanggulangan secara koersif dapat dilakukan dengan menutup, melarang dan memblokir hal-hal yang sekiranya dapat mengulangi kejadian serupa agar tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Contoh kasus penyalahgunaan TSI
Kalau diurutkan satu-persatu, banyak sekali contoh kasus penyalahgunaan TSI. Saya ambil contoh Internet. Internet adalah media informasi tak terhingga dimana kita bisa tahu cuaca di Stamford Bridge saat ini sedang hujan atau tidak, tanpa harus memiliki teman orang London, Inggris atau fans Chelsea di London sana terlebih dahulu, kita dapat mengetahui segala hal dari internet dengan cepat. Sayangnya, kehadiran internet tidak disertai filter yang ketat sehingga menimbulkan celah-celah penyalahgunaan internet. Banyak konten-konten yang tidak senonoh yang dapat diakses dengan internet, tentu hal tersebut akan memberi dampak buruk bagi generasi bangsa apabila hal ini tidak difilter baik dari lingkungan keluarga, masayarakat maupun pemerintah. Banyak lagi kejahatan-kejahatan yang bisa dilakukan dengan internet, padahal jika kita menggunakannya dengan bijak, internet adalah media yang sangat mendukung dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat, bukan untuk merugikan masyarakat. Mari, kita sama-sama memperbaiki yang buruk dan membuat yang baik jadi lebih baik agar tidak ada lagi penyalahgunaan TSI sebab pada dasarnya segala hal yang kita ciptakan adalah untuk kebaikan kita dan orang lain.
Etika dan Profesionalisme TSI (Tugas 2)
Posted on
Tuesday, April 21, 2015
Pada postingan saya kali ini, akan menjelaskan Etika dan Profesionalisme dalam bidang Teknologi Sistem Informasi, dimana akan dijelaskan apa "Etika" itu? Baik menurut para pakar maupun pengertian secara umum, penerapan "Etika" dalam Teknologi Sistem Informasi, tujuan "Etika" dalam Teknologi Sistem Informasi, dan "Etika" apa yang harus diperhatikan bagi pembuat, pengembang dan pengguna Teknologi Sistem Informasi.
Etika Dan Profesionalisme TSI
Posted on
Tuesday, March 24, 2015
"Untuk itu dibutuhkan sinergi antara industri dan perguruan tinggi. Sinergi itu menjadi harapan bagi pemerintah untuk mengembangkan industri lokal," katanya pada "Konferensi Big Data Indonesia 2014", di Yogyakarta, Rabu.
Berita Selengkapnya disini
Opini saya :
Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Masyarakat global akan terus berkembang dan Indonesia tidak boleh ketinggalan jika tidak ingin menjadi negara yang tertinggal dalam Industri telematika di dunia. Saya pribadi sebagai mahasiswa yang kritis akan masalah ini sangat setuju jika dibutuhkan dukungan yang bersinergi dari industri dan perguruan tinggi. Karena, apalah artinya suatu pembangunan jika tidak ditopang oleh SDM yang kompeten. Jika kita ingin berubah, maka kita harus jadi agen perubahan itu sendiri.
Kemenprin : Industri Telematika Berpotensi Berkembang
Posted on
Thursday, January 1, 2015