Agak berbeda dengan postingan saya yang sebelum-sebelumnya, postingan kali ini cukup menguras pikiran saya, hhehe (lebay). Indonesia, sebagai negara agraris yang dikatakan "masih" sebagai negara berkembang masih banyak penduduknya yang didominasi oleh pedesaan yang bermatapencaharian sebagai petani/nelayan.



Indonesia, dengan kekayaan sumberdaya alamnya ternyata masih banyak terdapat kesenjangan antara desa dengan kota, walaupun saya akui sudah tidak terlalu kontras terlihat, namun jika saya pulang kampung dari Depok ke Indramayu, terlintas sekata "agak asing yah..?", karena rumah mamangku disanapun masih minim pencahayaan dan juga listrik, berbanding 180 derajat dengan perkotaan yang serba megah, bercahaya dimana-mana.


Sekarang coba lihat perbedaan antara interaksi antarmasyarakat kota dan interaksi antarmasyarakat desa :




Dari tabel diatas kita bisa simpulkan bahwasannya Sistem Kekerabatan masyarakat pedesaan masih kentara dengan Paguyuban, kuat dan intim. Tidak seperti masyarakat perkotaan yang bersifat Patembayan, erat namun memiliki tujuan masing-masing.


Ada beberapa ciri pokok yang dapat kita bedakan antara masyarakat desa dengan masyakarat kota, yaitu :
1) jumlah dan kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan sosial
5) stratifiksi sosial
6) mobilitas sosial
7) pola interaksi sosial
8) solidaritas sosial
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional



Hubungan Desa dengan Kota
Masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan sebenarnya adalah bukan dua kelompok yang terpisah, justru saling membutuhkan satu sama lain. Bisa dibilang, hidupku hampa tanpa dirimu, kata kota kepada desa. Contohnya : Masyarakat desa membutuhkan penghasilan dari hasil panennya yang dijual ke kota dan masyarakat kota membutuhkan kebutuhan pokok yang dihasilkan/dipanen oleh masyarakat desa, dll dsb.


Maka, keduanya membentuk saling membentuk interaksi yang simbiosis mutualisme (saling menguntungkan satu sama lain). Bahkan sekarang, akses antara desa dengan kotapun sudah tidak lagi sulit lagi sehingga distribusi berbagai kebutuhan antara keduanya lebih mudah untuk dikirim.

Ada satu lagi contoh yang sangat jelas dan saya sendiripun menyaksikannya dari interaksi antara masyarakat desa-kota adalah kebutuhan sumber tenaga kasar untuk beberapa pekerjaan khusus di perkotaan. Saat-saat seperti ini suka terlihat ketika didesa sudah selesai panen dan para petani biasanya menunggu musim tanam kembali tiba dengan mencari pekerjaan lain, salah satunya menjadi sumber tenaga kasar untuk beberapa pekerjaan seperti pekerja jalan tol, pembuatan gedung, dll dsb yang hasilnyapun dapat dirasakan bersama (desa-kota contoh : jembatan suramadu).

Ternyata, interaksi antara masyarakat desa-kota berdampak pada hal lain, yaitu URBANISASI.

Setiap usai libur Idul Fitri, Ibukota bak kantong plastik yang diisi berbagai macam barang sampai plastik itu melar dan akhirnya sobek, mulai berdatangan "tamu baru" yang mengisi ibukota yang sempit dengan asa mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang tidak sadis (walaupun faktanya kebanyakan berbanding terbalik). Ini sudah menjadi tradisi yang bahkan para petugaspun tetap saja kecolongan tiap tahunnya.

Biar bagaimanapun interaksi Desa-Kota sudah menghasilkan berbagai hal/sesuatu yang dapat kita rasakan dan manfaatkan saat ini, sehingga tidak berlebihanlah jikalau saya dapat mengatakan sudah banyak interaksi antara masyarakat desa dengan kota yang bersifat simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).

-Febi Hediyanto-

Sumber :

Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan

Posted on

Tuesday, December 20, 2011

Category

,

1 Comment