Kebudayaan Betawi

Beberapa bulan lalu, keluarga saya pindah ke Depok, Limo Jawa Barat. Sebelumnya, keluarga saya tinggal di Jakarta, yang kebudayaannya mestizo, yaitu berbaur dari berbagai daerah. Walaupun di Depok (tempat tinggal saya sekarang) ini juga kebudayaan yang mestizo, namun saya melihat dominasinya budaya betawi sangat kentara, khususnya di perkampungan Setu Babakan yang dijadikan cagar budaya Betawi. Mau tau bagaimana Budaya Betawi? Berikut adalah sekilas tentang kebudayaan Betawi.


Budaya Betawi
Betawi
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.


1. Istilah Betawi
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi berasal dari kata "Batavia", yaitu nama lama Jakarta pada masa Hindia Belanda.


2. Sejarah BetawiDiawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.


Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.


3. Suku Betawi
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.


Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.


Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.




Seni dan Kebudayaan Betawi
Budaya Betawi merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Hindia Belanda, Batavia (kini Jakarta) merupakan ibu kota Hindia Belanda yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.


Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.


1. Bahasa Betawi
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.


Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.


2. Musik
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.


3. Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.


4. Drama
Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.


5. Cerita Rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.


6. Senjata Tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.


Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.


Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.


Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.


Profesi
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.


Perilaku dan Sifat
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .


Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.


Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.


Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.


Ciri Khas BetawiOrang Betawi memiliki warisan kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Beberapa di antaranya adalah ondel-ondel, tanjidor, dan kerak telur. Ketiganya sering muncul mengisi acara-acara yang berkaitan dengan pelestarian budaya Betawi.


Ondel-Ondel
Ondel-ondel Ondel-ondel adalah salah satu pertunjukan masyarakat Betawi berwujud boneka besar. Biasanya ondel-ondel ditampilkan berpasangan, yakni ondel-ondel laki-laki (wajahnya dicat merah) dan ondel-ondel perempuan (wajahnya dicat putih).


Permainan ondel-ondel diduga berasal dari pengaruh Hindu, sebagai lambang dewa-dewa penyelamat. Pada awalnya, permainan itu digunakan untuk pemujaan arwah nenek moyang atau tokoh yang dihormati. Masyarakat Betawi pun percaya, ondel-ondel dimainkan untuk menolak segala macam gangguan yang bersifat jahat. Kini, ondel-ondel dimainkan untuk merayakan pesta-pesta budaya Betawi.


Tanjidor
Tanjidor merupakan pertunjukan kesenian musik Betawi. Nama tanjidor lahir pada masa penjajahan Hindia Belanda. Namun, istilah tanjidor itu bukan berasal dari bahasa Belanda, melainkan bahasa Portugis, yakni “tangedor” yang berarti pemain alat musik berdawai.


Dalam kenyataannya, permainan musik tanjidor tak sesuai dengan arti dalam bahasa Portugis. Alasannya karena alat-alat musik tanjidor bukan alat musik berdawai (senar), namun alat musik tiup dan tabuh. Misalnya klarinet, piston, trombon, terompet dan drum. Diberi nama tanjidor dari “tangedor” sebab tanjidor memakai sistem musik diatonik seperti tangedor. Dahulu, tanjidor dimainkan sebagai musik pengiring pengantin. Tapi sekarang ini, tanjidor lebih banyak dimainkan untuk menyambut tamu agung.


Kerak Telur
Kerak telur adalah satu dari sekian banyak makanan khas Betawi. Makanan ini terbuat dari bahan serta bumbu tradisional. Antara lain beras ketan putih, telur ayam atau telur bebek, ebi (udang kering), parutan kelapa yang telah disangrai (digoreng tanpa minyak) hingga kering. Bumbunya adalah bawang goreng, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula pasir.


Cara membuat makanan ini cukup unik. Semua bahan dan bumbu dimasak di dalam wajan yang diletakkan di atas bara api tanpa kompor. Agar kerak telur terpanggang dan matang merata, permukaan dan bagian bawah wajan dibalik-balik. Dari proses inilah, adonan itu menjadi kerak (lapisan makanan yang hangus) yang lalu dinamakan kerak telur.


Pantun KahwinBetawi juga terkenal dengan ciri khas pantun yang jenaka, bahkan dalam salah satu adat istiadatnya terutama saat pernikahan.Supaya dapat menikahi mempelai wanita, mempelai pria wajib mengirimkan jagoan terbaiknya untuk menang dalam adu pantun (Acara Palang Pintu ).


Contoh pantun (palang pintu) :
P: Eh, Bang-bang berenti, bang budeg ape luh. Eh, bang nih ape maksudnye nih, selong-selonong di kampung orang. Emangnye lu kagak tahu kalo nih kampung ade yang punye?…


P: Eh. Bang, rumah gedongan rumah belande, pagarnya kawat tiangnya besi, gue kaga mao tau nih rombongan datengnye dari mane mau kemane, tapi lewat kampung gue kudu permisi.


L: Oh. jadi lewat kampung sini kudu permisi, bang


P: Iye emangnye lu kate nih tegalan


L: Maafin aye bang, kalo kedatangan aye ama rombongan kage berkenan di ati sudare-sudare. Sebelomnye aye pengen ucapin dulu nih Bang. Assalamu’alaikum


P: Alaikum salam.


L: Begini bang. Makan sekuteng di Pasar Jum’at, mampir dulu di Kramat Jati, aye dateng ama rombongan dengan segala hormat, mohon diterime dengan senang hati


P: Oh, jadi lu uda niat dateng kemari. Eh Bang, kalo makan buah kenari, jangan ditelen biji-bijinye. Kalo ku udeh niat dateng kemari. Gue pengen tahu ape hajatnye?…


L: Oh. jadi Abang pengen tahu ape hajatnye. Emang Abang kage dikasih tau ame tuan rumehnye. Bang, ade siang ade malam, ade bulan ade matahari, kalo bukan lantaran perawan yang di dalam, kaga bakalan nih laki gue anterin ke mari.


P: Oh. jadi lantaran perawan Abang kemari?…Eh. Bang, kage salah Abang beli lemari, tapi sayang kage ade kuncinye, kage salah abang datang kemari, tapi sayang tuh, perawan ude ade yang punye


L: Oh.jadi tuh perawan ude ade yang punye. Eh Bang crukcuk kuburan cine, kuburan Islam aye nyang ngajiin, biar kate tuh perawan udeh ade yang punye, tetep aje nih laki bakal jadiin


P: .Jadi elu kaga ngerti pengen jadiin. Eh Bang kalo jalan lewat Kemayoran, ati-ati jalannye licin, dari pada niat lu kage kesampaian, lu pilih mati ape lu batalin


L: Oh. Jadi abang bekeras nih. Eh Bang ibarat baju udah kepalang basah, masak nasi udah jadi bubur, biar kate aye mati berkalang tanah, setapak kage nantinye aye bakal mundur


P: Oh. jadi lu sangke kage mau mundur, ikan belut mati di tusuk, dalam kuali kudu masaknye, eh. Nih palang pintu kage ijinin lu masuk, sebelum lu penuin persaratannye


L: Oh. Jadi kalo mao dapet perawan sini ade saratnye, Bang.?


P : Ade, jadi pelayan aje ada saratnye, apa lagi perawan.


L: Kalo begitu, sebutin saratnye. Bang.


P: Lu pengen tau ape saratnye. Kude lumping dari tangerang, kedipin mate cari menantu, pasang kuping lu terang-terang, adepin dulu jago gue satu-persatu


L: Oh. jadi kalo mao dapet perawan sini saratnye bekelai Bang.


P: Iye. Kalo lu takut, lu pulang.


L: Bintang seawan-awan, aye itungin beribu satu, berape banyak Abang punya jagoan, aye bakal adepin satu-persatu.


Setelah adegan di atas, pemain palang pintu biasanya melanjutkan dengan kembangan. Berikut adalah petikannya.


L: Bang, lu tau dalemnye rawe, pasti lu tau kali semanan, kalo mau tau namenye jaware, nih lu liat gue punye maenan (jalanin jurusnye ). Nih ..baru kembangnye .. Bang. Ntar buahnye..


P: Kelape ijo ditusuk belati, naek perahu lurus jalannye, udeh banyak jago yang mati, nih jurus pukulannye, (jalanin jurusnye) kalo elu buahnye. nih bijinye..


Beradu jurus pun berakhir. Pihak pengantin lelaki keluar sebagai pemenang. Perbincangan pun dilanjutkan kembali.


L: Gimane Bang.rase-rasenye jagoan Abang udeh pade rontok semua nih. Ape aye ame rombongan udah boleh masuk?…Ape masih ade saratnye lagi Bang?…


P: Ntar dulu Bang, enak aje. Pan lu tau. Buah cereme jangan diasinin, makan nasinye di kandang kude, sarat pertame emang lu ude penuin. Tapi masih ade sarat yang kedue.


L: Sebutin udah bang jangan lame-lame


P: Tukang lakse dagangnye malam jalannya muter ke Pasar Kranji gue minta elu jangan cume bise berantem tapi gue pengen denger lu bise ngaji


L: Tumbuk ketan jadinye uli-ulinye juge kudui ditapeni betaun-taun anak kampung gue bisa ngaji lagu yang Abang minta aye bawain


(baca sikeh)


L : Gimane Bang. soal berantem aye udah ladenin, soal ngaji abang udah dengerin ape aye ame rombongan udah boleh masuk, ape masih ade saratnye lagi, Bang?…


P: Cukup-cukup dah Bang. Rase-rasenye kage sie-sie aye bebesanan ame Abang soal silat Abang jago.soal ngaji Abang bise. Aye Cuma bisa bilang.
buah mangga bukan sembarang mangga buahnye satu tulung petikin aye bangga bukan sembarang bangga mantu yang begini yang aye arep-arepin
ahlan wasahlan buat Abang ame rombongan. Assalamu, alaikum.



Sebenarnya masih banyak lagi beragam ciri khas budaya Betawi jika kita telaah lebih dalam. Dengan adanya Kebudayaan Betawi tentu saja memperkaya Kebudayaan Negara kita, Indonesia. Dimana menjadi nilai positif sendiri bahwasannya jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Ada nilai positif, tentu juga ada nilai negatifnya, dimana bahasa yang mereka yang terlalu lugas dan bernada tinggi dan terkadang bersifat tendensius, membuat prasangka tiap-tiap lawan bicara berbeda-beda karena (mungkin) belum ada penyesuaian kebudayaan mereka dengan budaya betawi, namun pada hakikatnya Masyarakat Betawi sangat menghormati para pendatang.

Jadi, kate siape Anak Betawi Gak Berbudaye?

Source :
Suku Betawi | Wikipedia
Macam-Macam Kebudayaan Betawi
Palang Pintu Pelengkap Pernikahan Betawi

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

Posted on

Thursday, December 8, 2011

Category

,

Leave a Reply